Validitas menurut Azwar (2010:173)berasal dari kata validity  yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes.Valid menurut Grounlound dalam Sukardi(2009:30) dapat diartikan sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi.

teori validitas

“A test has validity if it what it purports to measure” (Allen & Yen 1979:95).  Pendapat tersebut diperkuat oleh Retnawati (2016:16) bahwa validitas akan menunjukkan dukungan fakta empiris dan alasan teoretis terhadap intepretasi skor tes atau skor suatu instrumen, dan terkait dengan kecermatan pengukuran. Widoyoko (2016:141) menyebutkan instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid dapat menghasilkan data yang valid pula. Messick dalam  Retnawati (2016:16) validitas merupakan kebijakan evaluatif yang terintegrasi tentang sejauhmana fakta empiris dan alasan teoretis mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan instrumen berdasarkan skor tes atau skor suatu instrumen.Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa validitas tes adalah ketepatan dan kecermatan instrumen tes sebagai alat dalam mengukur yang seharusnya diukur dengan dukungan fakta empiris dan alasan teoretis berdasarkan skor.
Pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran.Validitas tidak ada yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran.Tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan pengukuran saja yang spesifik. Tes yang valid untuk pengambilan suatu keputusan dapat saja tidak valid sama sekali guna pengambilan keputusan lain dan bagi kelompok lain.Hasil estimasi validitas suatu pengukuran pada umumnya dinyatakan secara empirik oleh suatu koefisien yang disebut koefisien validitas dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria. Kriteria ini dapat berupa skor tes lain yang mempunyai fungsi ukur sama dan dapat pula berupa ukuran lain yang relevan. Koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit daripada memperoleh koefisien reliabilitas yang tinggi (Azwar, 2010:174)
Estimasi validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi.Namun, tidak semua pendekatan validitas memerlukan analisis statistik. Tipe Validitas yang berbeda menghendaki cara analisis yang berbeda pula. Tipe validitas terbagi atas Validitas Isi (Content), Validitas Konstruk (Construct), dan Validitas Berdasar Kriteria (Criterionrelated).Validitas berdasar kriteria terbagi menjadi validitas Konkuren (Concurrent) dan Validitas Prediktif (Predictive).

Validitas Isi

Allen dan Yen (1979:95) “Content validity is established through a rational analysis of the content of a test, and its determination is based on individual, subjective judgment. There are two main types of content validity: face validity and logical validity”. Face validity dan logical validity memerlukan bantuan pihak lain. Keputusan akal sehat mengenai keselarasan atau relevansi item dengan tujuan ukur skala tidak dapat didasarkan hanya pada penulis soal sendiri, tetapi juga memerlukan kesepakatan penilaian dari  beberapa penilai yang kompeten (expert judgement) (Straub dkk dalam Azwar, 2016:132).
Validitas isi sebuah instrumen dapat menunjukkan kesesuaian instrumen dengan materi. Butir soal di dalam instrumen harus sesuai dan mencakup materi yang hendak diukur dan tidak keluar dari tujuan pengukuran. Validitas isi instrumen tidak melalui analisis statistik, melainkan hanya analisis rasional keputusan akal sehat dari pertimbangan para ahli untuk melihat keterwakilan dan relevansi dengan kemampuan yang hendak diukur.

Validitas Muka (face validity)

Validitas muka terkadang disebut “armchair” validitas, digunakan ketika seseorang meneliti tes dan menyimpulkan mengukur sesuai sifat.Seseorang membuat pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh siapapun.Seseorang tidak setuju, maka validitas dipertanyakan. Misalnya, akan buruk bagi public relations suatu perusahaan jika tes digunakan untuk pelamar kerja tidak memiliki hubungan yang jelas dengan pekerjaan, bahkan jika tes efektif di dalam mengidenditifikasi orang-orang yang paling memungkinkan untuk menjadi pekerja yang baik.

Validitas Logis (Logical Validity)

Validitas logis atau sample adalah validitas rupa yang lebih canggih yang melibatkan definisi yang cermat dari domain perilaku yang dapat diukur dengan tes dan desain logis item untuk mencakup semua bidang penting dari domain. Validitas logis dapat sangat berguna dalam pengembangan tes prestasi. Cara dalam pembuktian validitas logis adalah dengan membuat indikator spesifikasi tes yang sesuaidengan domain isi dari butir soal tes.
Aiken (1985) telah merumuskan formula Aiken’s V untuk menghitung content-validity coefficient yang didasarkan pada hasil panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu butir mengenai sejauh mana butir tersebut mewakili konstruk yang diukur. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angka antara 1 (yakni sangat tidak mewakili atau tidak relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat mewakili atau sangat relevan). Rumus Aiken’ V seperti di bawah ini.
rumus aiken's v

Keterangan    
lo     : Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini 1)
c      : Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini 5)
r       : Angka yang diberikan oleh seorang penilai
s       : r – lo (Azwar, 2016:134)
Penghitungan validitas butir instrumen penilaian uraian, pedoman observasi dan skala sikap dengan Skala Likert dipergunakan rumus Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut.

rumus Product Moment


Keterangan:
N        : jumlah responden                  Y         : Skor total
X        : Nilai dalam satu butir(Supardi 2015:108)



Validitas Konstrak

“A test’s construct validity is the degree to which it measures the theoretical construct or trait that it was designed to measure”(Allen dan Yen, 1979:108).Validitas konstrak dapat diuji dengan analisis statistika yang kompleks seperti prosedur analisis faktor. Prosedur pengujian validitas konstak yang lebih sederhana adalah dengan melalui pendekatan multi-trait multi method. Pendekatan multi-trait multi methoddapat menguji serentak dua atau lebih trait yang diukur melalui dua atau lebih metode. Prosedur multi-trait multi methoddapat diperoleh adanya bukti validitas diskriminan dan validitas konvergen (Azwar 2010:175). Prosedur validitas konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Validitas konstruk secara singkat adalah penilaian tentang seberapa baik seorang peneliti menerjemahkan teori yang dipergunakan dalam alat ukur (Widoyo, 2006).

Validitas Berdasar Kriteria

Prosedur pendekatan validitas berdasarkan kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Kriteria adalah variabel perilaku yang dapat dirediksi oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Validitas yang tinggi dapat dilihat dengan melakukan perhitungan terhadap korelasi antara skor tes dengan skor kriteria.Prosedur validitas berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity) (Rusilowati, 2017: 25).
Validitas yang memprediksi artinya kemampuan untuk meramal hal yang dapatdatang, jadi sekarang belum terjadi. Instrumen penilaian dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Validitas concurrent lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Instrumen penilaian dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman (Supardi, 2015: 99).
Silakan pilih sistem komentar anda ⇛   

0 komentar untuk Teori Validitas